Komnas PA menyatakan tahun 2013 sebagai
tahun darurat kekerasan seksual terhadap anak. Penyebabnya karena begitu banyak
kasus kekerasan seksual yang terjadi. Di antara kasus-kasus tersebut, tercatat
kasus RI, seorang anak pemulung. RI meninggal saat dirawat di Rumah Sakit
karena penyakit yang ia derita akibat kekerasan seksual yang menimpanya. Pelaku
kekerasan seksual itu tak lain adalah ayah kandungnya sendiri.
Selama empat bulan pertama di tahun 2014,
media massa tak pernah sepi dari pemberitaan mengenai kejahatan seksual yang
terjadi di tengah masyarakat. Kasus guru memerkosa murid, teman memerkosa
teman, tetangga memerkosa anak tetangga,
dan yang paling menggemparkan kasus murid TK di sekolah bonafide
bersistem keamanan yang ketat, Jakarta International School. Murid itu
mengalami kejahatan seksual yang dilakukan sekelompok petugas kebersihan di
sekolahnya.
Kasus-kasus tersebut membuktikan bahwa kejahatan seksual dapat menimpa anak dari berbagai kalangan. Pelakunya pun
beragam. Orang kaya, orang miskin, orang berpendidikan, orang yang tidak
bersekolah. Anggota keluarga, tetangga, guru, teman, kenalan. Tempat terjadinya, di rumah tangga, di
sekolah, di lembaga pendidikan, di lingkungan sosial ….
Angka kasus kejahatan seksual yang menimpa
anak dan (perempuan) sangat tinggi. Selain hukuman yang tidak maksimal sehingga
tidak ada efek jera, pergeseran nilai dan norma di tengah masyarakat akibat
pornografi, pergaulan bebas, serta kemajuan teknologi juga turut memengaruhi kondisi tersebut. Zaman telah
berubah. Seks tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang kudus, yang hanya boleh
dilakukan dalam ikatan perkawinan yang sah, baik secara agama maupun hukum
negara. Hati nurani tidak lagi berbicara. Ajaran agama dilupakan. Yang
tinggal hanyalah pemuasan nafsu duniawi.
Kini kita hidup di tengah masyarakat yang
mengalami degradasi moral dan pembungkaman hati nurani. Dan anggota yang paling
terancam adalah generasi muda: anak-anak, remaja dan dewasa muda. Apakah kita
hanya akan diam melihat segala kejahatan yang terjadi di sekitar kita,
menyaksikan korban kejahatan seksual bertambah terus? Ataukah kita bersedia
bangkit dan turut melakukan perlawanan terhadap kejahatan seksual?
Foto: farzana-versey.blogspot.com |
Posting Komentar
Posting Komentar