Kemarin malam, saat masih
libur Lebaran, saya menonton tayangan televisi berjudul Solusi Life di Global TV.
Sayang sekali, saya terlambat menonton
sehingga hanya mendapat sepenggal bagian saja sebelum acara berakhir.
Sosok yang ditampilkan
adalah seorang dokter berkacamata dan berkulit putih. Namanya Dr. Lie
Dharmawan.
Dr. Lie Dharmawan/Sumber: detikHealth.com |
“Namun, ibu saya menyuruh
saya bermain lagi.
“Saya menuruti permintaan
ibu dan saya lupa kalau saya lapar. Setelah saya besar, saya baru menyadari
bahwa ibu saya tidak tega mengatakan kepada saya bahwa kami tidak punya
makanan.”
Ia juga menceritakan bahwa
dulu ia membawa cita-citanya untuk menjadi dokter ke dalam doa. Dan Tuhan mengiyakan
permintaannya. Ia berhasil menjadi dokter serta memperoleh beasiswa pendidikan
di Jerman.
Rumah Sakit Apung dr. Lie Dharmawan / Sumber: tribunnews.com/herudin |
Rumah sakit tempat ia melayani bukanlah berupa gedung yang dibangun di atas tanah, melainkan kapal yang difungsikan sebagai rumah sakit. Tujuannya agar orang-orang yang sulit mendapatkan pengobatan karena keterbatasan letak demografis dan finansial, tetap bisa mendapatkan perawatan dari tenaga medis. Ia dan timnya-lah yang mendatangi pulau-pulau untuk mencari orang sakit, bukan sebaliknya. Pengobatan yang diberikan di rumah sakit apung tersebut diberikan cuma-cuma. “Dalam diri orang-orang yang tidak mampu itulah Tuhan berada.”
Saya langsung teringat perikop
dalam Matius 25. “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku
haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku
tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian, ketika Aku sakit,
kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, aku mengunjungi Aku.” (ayat 35-36).
“Maka orang-orang benar itu
akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar … haus
… sebagai orang asing …, atau telanjang … sakit atau dalam penjara …?
Dan Raja itu akan menjawab
mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya
untuk Aku. (ayat 37-40).
Sebuah tontonan singkat yang
menyadarkan saya kembali bahwa Tuhan sanggup bekerja dalam kehidupan tiap
orang. Tuhan tidak berhenti memelihara kita. Dan ketika Tuhan telah memelihara
kita, apakah kita juga bersedia mengulurkan tangan kepada sesama yang membutuhkan?
Referensi:
-
Alkitab Terjemahan Baru LAI, edisi 1998
-
Tayangan TV Solusi Life
Posting Komentar
Posting Komentar