Ternyata Asinan Betawi Itu ... Enaaak! - Nancy Duma

Tadi siang, setelah selesai belanja kebutuhan rumah tangga, saya mampir ke sebuah gerai kudapan nusantara. Ada kue-kue basah seperti wajik, kue lapis dan lopis. Tapi, sasaran utama saya adalah asinan betawi.

Dulu, boro-boro saya beli. Mau nyoba aja, enggak. Saya mulai belajar mengenal masakan daerah lain setelah bekerja. Bubur Manado, mi Aceh, tahu telur, tekwan, pempek palembang, laksa.

Keluarga saya memang jarang jajan. Kalau mau makan besar, paling sering beli masakan tradisional dari daerah asal sendiri atau chinese food. Eh, ada 1 lagi ding: sate padang!

Teman-teman kantor saya dulu suka jajan. Pesan ke office boy, makannya di kantor. Nah, salah satu yang cukup sering dibeli adalah asinan betawi.

Kala itu, kalau teman-teman asyik makan, saya hanya jadi pengamat. Lihat sawi yang warnanya sudah memudar kayak overcooked, gak nafsu. Terus, sayur lainnya gak pada dimasak. Alhasil, saya hanya nyomot kacang tanah dan kerupuk kuningnya saja. Gak tertarik untuk nyoba sampai ....

Saya punya teman baru di kantor baru. Ia mengajak saya menemaninya beli asinan betawi.

Lagi-lagi saya hanya jadi pengamat saat si penjual meracik jualannya.

"Elo mau beli gak?" tanya teman saya. "Coba dulu."

Kali itu saya menuruti saran: mencoba.

Pepatah "tak kenal, maka tak sayang" benar. Sejak saat itu, saya jadi penggemar asinan Betawi. Rasanya cocok di lidah saya. Ternyata asinan Betawi itu benar ... enak!

Asinan Betawi slurp:
selada, taoge, kol, timun, saus kacang, kacang tanah goreng,
dan kerupuk kriwil /Dokpri