Percayakah
Kau?
Oleh Nancy Sitohang
Oleh Nancy Sitohang
Ganja,
ekstasi?
Kokain,
heroin?
Ktamine,
lysergide?
Shabu,
inhalants dan erimin-5?
Itu narkotika dan obat-obatan terlarang.1
Mereka
membawamu melayang,
tinggi
ke atas awan.
Lupakan
nada-nada falcetto ayah bunda.
“Tuntutlah
ilmu sampai ke negeri seberang!”
“Besar
pasak daripada tiang!”
“Beranak
pinak!”
Happy, prima
berenergi.
Tapi, kemudian kau meringis,
menangis,
mengamuk
bengis,
depresi.
Mau
lagi, lagi dan lagi,
sampai
akhirnya …
farewell,
see you in hell.2
See,
aku tahu.
Kau
tahu.
Mereka
pun tahu.
Genderang
perang terus ditabuh.
“Bebaskan diri dari belenggu narkoba!”
“Selamatkan
jiwamu, hai manusia, tua dan muda!”
Pssst,
ini yang belum kau tahu.
Aku
... Pornografi,
Narkoba
bentuk baru.3
Kau.
Dia.
Mereka.
Kalian.
Tak
kenal usia.
Tak
kenal golongan sosial.
Semua
yang berkenalan denganku,
akan
jadi budak-budakku.
Jadi
manusia setengah monster.
Banyak
orang tidak tahu.
Ada
yang tahu, tapi menganggapku angin lalu.4
Apa
katamu???
“Aku
tak percaya!”
“Kau
terlalu tinggi hati!”
“Omong
kosong!”
“Kau gila!”
Kau
mau bukti?
Mari
kutunjukkan.
Cari
aku.
Temui
aku.
Tak
perlu kau risau.
Aku
hanya sejauh jemarimu menari,
menjelajahi
tuts-tuts PC, notebook, smartphone.
‘Sex’ terpampang di mesin pencari.5
Buka
....
Bukaaaa
....
Lihat
….
Lihaaaat
….
Kau
mengagumiku semalam suntuk.
Tak
sedetik pun terasa kantuk.
Kau
mulai mabuk kepayang.
Mau
lagi, lagi dan lagi.
Bagai
makan tak kunjung kenyang.
Bagai
api tak mau padam.
Suara
di kepalamu mulai merutuk.
Tambah porsinya!
Tambah macamnya!
Bosan yang biasa!
Mau yang tak biasa!6
“Kau
berubah,” kata kekasihmu.
“Jangan
hanya bilang ‘cinta’! Buktikan!” sergahmu.
“Cinta
tak harus berbagi tubuh. Gerbang pernikahan belum terbuka.”
Kau
memandang garang.
Tiba-tiba,
tubuhnya kau rengkuh.
Dia
meronta.
Dia
menjerit.
Kau
bungkam nuranimu.
Kau
padamkan akal sehatmu.
Kau
lepaskan kemanusiaanmu.
Kau
kenakan kebinatanganmu.
Kau
rampas hak atas tubuhnya.
Dia
terkulai.
Bagai
tanaman yang tercerabut dari akar.
Bulir-bulir
air matanya berjatuhan.
Cahaya
wajahnya kini memudar.
Alih-alih
peduli,
kau
malah tersenyum.
Puas.
Lepas.
Untuk
sesaat.
Dia
benar, Kawan.
Kau
berubah sejak berkenalan denganku.
Dulu,
kau menghormati perempuan.
Kini,
di matamu perempuan hanyalah obyek seks.
Dulu,
kau haramkan seks di luar nikah.
Kini,
kau penganut free sex.
Dulu,
kau meyakini ada cinta untuk setiap insan.
Kini,
kau bilang, hidup bisa berjalan tanpa cinta.7
Malang
tak dapat kau tolak.
IMS
dan AIDS datang menyergap.8
Tubuhmu
yang sehat dan bugar hanya tinggal kenangan.
Zombie,
itulah sosokmu kini.
Hei, hei! Jangan
begitu, Kawan.
Bukan
tugasku menyadarkanmu.
Aku
bukan pemuka agama.
Bukan
konselor kejiwaan.
Aku
mesin bisnis pemuas nafsu duniawi.
Menjebak
tugasku.
Uang
tujuan para penciptaku.
Siapa
menyukaiku, akan mencintaiku setengah mati.
Tanpa
peringatan, tanpa pengumuman:
risiko
tanggung sendiri.9
Sudah
kubilang,
Aku
... Pornografi,
Narkoba
bentuk baru.
Semua
yang berkenalan denganku,
akan
jadi budak-budakku.
Jadi
manusia setengah monster.
Seperti
warewolf.
Seperti
drakula.
Mencari
mangsa.
Tanpa
disadari.10
Percayalah!
Catatan Kaki
1. http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2014/03/24/jenis-jenis-narkoba-dan-dampaknya-642994.html
Penyalahgunaan
narkoba adalah salah satu permasalahan nasional. Jumlah pengguna narkoba,
khususnya di kalangan generasi muda,
meningkat. Untuk menanggulanginya, pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor
17 Tahun 2002 menggantikan BKNN (Badan Koordinasi Narkotika Nasional) dengan
Badan Narkotika Nasional (BNN).
BNN menyosialisasikan
kepada masyarakat bahaya penyalahgunaan narkoba melalui berbagai media. Salah
satunya, media cetak berupa brosur yang merinci jenis-jenis narkoba dan
dampaknya.
Kekayaan
jenis flora Indonesia sangat besar. Penduduk, khususnya yang masih tinggal di
tempat-tempat yang masih asri, biasa memanfaatkan sumber daya alam untuk
kehidupan sehari-harinya. Di Aceh, misalnya, daun ganja digunakan sebagai bumbu
penyedap masakan.
Beberapa zat narkotika juga
digunakan di dunia medis. Morfin diberikan kepada pasien
paskaoperasi untuk mengurangi rasa sakit. Valium dan diazepam diberikan kepada pasien dengan gangguan tidur berat agar
mereka dapat beristirahat dengan lebih baik di malam hari.
Namun, sayang sekali, ada saja orang
yang menyalahgunakan narkoba. Narkoba dipakai untuk bersenang-senang. Narkoba
dijadikan tempat pelarian dari stres dan masalah. Penyalahgunaan tersebut
disertai ketidaktahuan bahwa narkoba dapat menimbulkan efek ketagihan. Pemakaian
yang terus-menerus merusak saraf dan organ-organ tubuh serta berujung pada
kematian.
Pornografi
adalah narkoba bentuk baru. Secara fisik, pornografi tidak sama dengan narkoba.
Namun, cara kerja pornografi mempengaruhi otakmu sama dengan cara kerja
narkoba. Pornografi dan narkoba sama-sama menyebabkan penggunanya kecanduan.
Ketika
seseorang melihat pornografi dan merasa senang, otak mengeluarkan zat-zat
kimiawi. Salah satunya bernama dopamine.
Dopamine menyebabkan si pengguna
mengingat rasa senang yang ditimbulkan dari kegiatan melihat pornografi.
Pengalaman pertama meninggalkan jejak di otak. Si pengguna terdorong untuk
melihat kegiatan “menyenangkan” itu lagi dan lagi. Dengan kata lain, ia telah
menjadi pecandu pornografi.
Pornografi menyebar luas, menjangkit bagai wabah. Dalam
makalahnya yang berjudul “Pornografi, Remaja dan Teknologi
Informasi: Pekerjaan Rumah Indonesia”, Peri Farouk menyatakan bahwa masyarakat cenderung permisif terhadap
seks. Tontonan seks (pornografi) tidak lagi terlalu dianggap tabu. Masyarakat
tidak lagi berpegang teguh pada norma-norma. Masyarakat cenderung
memercayai asumsi-asumsi seperti menonton pornografi adalah kebebasan tiap
orang, menonton pornografi tidak memiliki dampak negatif.
Berdasarkan Undang-Undang tentang Pornografi, yaitu UU NO. 44 TAHUN 2008,
Pasal 42, pemerintah melalui Peraturan Presiden Perpres No. 25 Tahun 2012,
membentuk Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi (GTP3). GTP3 bertugas
mengoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan pornografi.
Tidak dapat dipungkiri,
kemajuan teknologi informasi berperan besar dalam penyebaran pornografi. Di
tiap rumah tangga, pasti ada gadget,
entah itu, PC, notebook, apalagi smartphone.
Berbekal internet, tiap pengguna gadget
dapat mengakses informasi tentang apa pun, dari mana pun. Internet sudah
jadi kebutuhan masyarakat masa kini. Tak heran, muncul jargon “Tanyakan pada Mbah
Google”.
Dalam makalah “Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan
Pornografi”, GTP3 menyampaikan
fakta bahwa kata ‘sex’ menduduki peringkat pertama dalam mesin pencarian
di internet. Setiap hari, terjadi 68 juta pencarian topik seks.
Pornografi mengubah otak
kita. Ketika seseorang merasa senang melakukan sesuatu, otak memproduksi
zat-zat kimiawi, dopamine, salah
satunya. Dopamine kemudian membentuk
kebiasaan. Begitu pula kegiatan menonton pornografi. Sekali menonton
pornografi, orang ingin menonton lagi dan lagi. Frekuensi yang bertambah
meningkatkan produksi dopamine di otak.
Untuk mengatasi jumlah dopamine yang
berlebih, otak secara otomatis mengurangi dopamine
receptor. Akibatnya, pencandu pornografi tidak lagi merasa puas. Ia menonton
lebih banyak lagi pornografi. Tontonan pornografi yang biasa-biasa saja, tidak
lagi dapat memuaskan keinginannya. Ia mulai mencari tontonan pornografi yang
ekstrem, tidak wajar dan sarat kekerasan.
Pornografi berdampak pada
hubungan dengan sesama. Pornografi berdampak pada kehidupan bermasyarakat.
Pornografi seringkali
memperlihatkan perempuan sebagai obyek seks. Perempuan dalam pornografi selalu
dipotret sebagai sosok yang bersedia dengan senang hati memenuhi kebutuhan seks
laki-laki (pasangan atau orang yang tak ia kenal!), kapan pun, bagaimana pun
caranya, bahkan sekalipun dengan kekerasan. Padahal, perempuan punya hak atas
tubuhnya. Perempuan berhak untuk beristirahat saat merasa lelah. Perempuan
berhak berhubungan seks, hanya ketika ia mau melakukannya. Perempuan berhak
menikmati hubungan seks yang didasari cinta dan kasih sayang serta bebas dari
kekerasan.
Para pengguna pornografi
mulai meyakini doktrinasi keliru yang disampaikan pornografi. Hasil penelitian
tentang dampak pornografi menyatakan hal-hal berikut. Semakin sering seseorang
terpapar pornografi, ia akan cenderung berpikiran bahwa perempuan lebih rendah
dari laki-laki. Setelah melihat pornografi, mereka yang sudah punya pasangan,
cenderung kurang mencintai pasangannya. Setelah menikmati pornografi, orang
mulai kritis terhadap penampilan pasangannya. Keingintahuan dan kebutuhannya
akan seks meningkat dan harus selalu dipuaskan.
Banyak orang,
khususnya generasi muda, yang menjadikan pornografi sebagai media edukasi seks.
Padahal, pendidikan seks dalam pornografi sangat keliru. Di dalam pornografi, hubungan seks bisa dilakukan di mana
saja, kapan saja, oleh siapa saja, dan dengan siapa saja hanya untuk memuaskan
hasrat seksual. Hubungan seksual dengan
orang yang tak dikenal itu hal biasa. Berganti-ganti pasangan itu lumrah.
Pada
kenyataannya, perilaku tersebut berisiko tinggi terhadap kesehatan dan masa
depan. Hubungan seksual pranikah seyogianya dijauhi karena hubungan seksual
bisa mengakibatkan kehamilan. Seks bebas bisa mendatangkan IMS (Infeksi Menular
Seksual) dan HIV/AIDS yang
berdampak buruk terhadap kesehatan tubuh.
Dalam makalah “Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan
Pornografi”, GTP3 menyampaikan
fakta fantastis bahwa industri pornografi menghasilkan keuntungan kurang lebih
sebesar 13.000.000.000 dolar Amerika. Angka tersebut bahkan melebihi angka
gabungan keuntungan beberapa perusahaan teknologi, seperti Google, Amazon,
e-Bay, Yahoo, Apple, Netflix dan EarthLink.
Jersey
Jaxin, seorang mantan bintang porno menyatakan, “You’re viewed as an object and not as a human with a spirit. People do drugs because they can’t deal with the
way they are being treated. Seventy five percent [of porn performers] and
rising are using drugs. Have to numb themselves ... because all they care about is the money.”
Dalam tulisannya “Mengenal Gugus Tugas dan Rencana Aksi
Nasional Pencegahan dan Penanganan Pornografi”, Imam Syaukani menyatakan
bahwa pornografi menumbuhkan sikap dan perilaku antisosial. Kaum laki-laki
lebih agresif terhadap kaum perempuan. Masyarakat kurang responsif terhadap
penderitaan, kekerasan dan tindakan perkosaan. Kekerasan dijadikan bagian dari
seks. Akibatnya, tindak kejahatan seksual meningkat, secara kuantitas maupun
jenisnya seperti pemerkosaan, incest,
sodomi, bahkan penyerangan terhadap binatang untuk melampiaskan hasrat seksual.
***
Tanggal 27 September tahun lalu, saya mengirimkan sebuah puisi esai kepada panitia Lomba Puisi Esai 2014 Denny JA. Saya harus menunggu sekitar 7 ½ bulan untuk menayangkan buah pikiran saya tersebut di blog saya ini lantaran menunggu pengumuman hasil lomba.
Pengumuman sudah keluar. Saya belum berhasil menjadi salah satu pemenang. Menulis puisi memang bukan perkara yang mudah bagi saya. Namun, tidak jadi masalah. Yang penting, saya menuliskannya sebagai bentuk kepedulian saya.
Apa sih puisi esai? Menurut Denny JA, puisi esai adalah puisi yang membahas tentang suatu masalah sosial. Jadi, harus memiliki data pendukung. Data bisa diambil dari berita-berita di media atau pun lembaga-lembaga terkait.
Di Lomba Puisi Esai 2013 saya mengangkat tema kekerasan seksual terhadap anak. Di Lomba Puisi Esai 2014, saya menyoroti persoalan pornografi.
Saya punya harapan besar, makin banyak orang yang menyadari kalau pornografi setali tiga uang dengan narkoba: sama-sama berbahaya. Semoga.
***
Tanggal 27 September tahun lalu, saya mengirimkan sebuah puisi esai kepada panitia Lomba Puisi Esai 2014 Denny JA. Saya harus menunggu sekitar 7 ½ bulan untuk menayangkan buah pikiran saya tersebut di blog saya ini lantaran menunggu pengumuman hasil lomba.
Pengumuman sudah keluar. Saya belum berhasil menjadi salah satu pemenang. Menulis puisi memang bukan perkara yang mudah bagi saya. Namun, tidak jadi masalah. Yang penting, saya menuliskannya sebagai bentuk kepedulian saya.
Apa sih puisi esai? Menurut Denny JA, puisi esai adalah puisi yang membahas tentang suatu masalah sosial. Jadi, harus memiliki data pendukung. Data bisa diambil dari berita-berita di media atau pun lembaga-lembaga terkait.
Di Lomba Puisi Esai 2013 saya mengangkat tema kekerasan seksual terhadap anak. Di Lomba Puisi Esai 2014, saya menyoroti persoalan pornografi.
Saya punya harapan besar, makin banyak orang yang menyadari kalau pornografi setali tiga uang dengan narkoba: sama-sama berbahaya. Semoga.
Posting Komentar
Posting Komentar