Ilustrasi: Dok. Pribadi |
Aku bosan hidup ini, tapi belum siap mati.
Apa yang
terlintas dalam benakmu jika di dunia nyata, ada orang yang mengucapkan pernyataan di atas?
Kalau menurut
saya, orang tersebut pasti sedang sangat jenuh, mumet dan suntuk berat. Jiwa dan emosinya sedang tidak
sehat. Apalagi soal mati disinggung-singgung, meskipun ia bilang, belum siap
mati.
Hm,
siapa sih yang tidak pernah merasa bosan menjalani rutinitas?
“Ke sekolah
lagi, ke sekolah lagi. Belajar lagi, belajar lagi. PR lagi, PR lagi. UN
lagi, UN lagi,” gerutu seorang pelajar.
“Bete banget,
nih, sama kerjaan gue. Gitu-gitu aja. Enggak ada tantangannya,” seorang pekerja
kantoran berkeluh kesah.
“Kamu masih
enak, bisa mengunjungi tempat-tempat baru. Aku? Hanya ke pasar, sekolah anak
dan rumah,” desah seorang ibu rumah tangga.
Siapa pun
pernah dan bisa merasa bosan; berapa pun usianya, apa pun jenis kelamin dan
profesinya, serta bagaimana tingkat ekonominya.
Tipu
Daya Narkoba
Rasa bosan
hanyalah satu dari sekian banyak tantangan yang akan selalu muncul selama kita
masih hidup.
Rasa bosan
yang tidak bisa diatasi, membuat kita stres dan depresi. Pikiran kita jadi seperti
benang kusut.
Sering kali,
teman yang memakai narkoba, memanfaatkan celah itu untuk mengenalkan narkoba
kepada kita, “Gue jamin, elo enggak akan merasa bosan lagi. Sudah … pakai nih biar
elo hepi.”
Saking suntuk,
kita tidak berpikir panjang lagi. Kita menerima tawaran menggiurkan itu.
Hasilnya? Wow,
benar banget! Setelah memakai salah
satu jenis narkoba, kita jadi bersemangat. Perasaan kita yang tadinya sendu,
berubah menjadi gembira. Wajah kita jadi ceria berseri-seri.
Atau, ketika
memakai jenis narkoba lainnya, kita jadi tenang. Enggak ada lagi, tuh, pikiran
kusut karena memikirkan masalah.
Tapi, apakah
benar masalah kita selesai? Jawabannya, tidak. Narkoba hanya menawarkan kesenangan
dan ketenangan sementara sehingga kita melupakan kebosanan dan masalah. Contoh,
sebelum memakai narkoba, kita yang pekerja, mungkin merana dengan kehidupan di
kantor. Bos memperlakukan kita dengan semena-mena. Setelah pengaruh narkoba
hilang, kita masih merana karena hardikan bos kepada kita masih saja tidak
manusiawi. Mengapa? Karena kita sama sekali tidak menangani masalah
sesungguhnya, yaitu tabiat buruk bos.
Jerat
dan Dampak Narkoba
Jika kita memilih
menggunakan narkoba, bersiaplah. Daftar masalah dalam hidup kita akan bertambah
panjang.
Narkoba
membuat kita kecanduan. Bagaimana tidak? Narkoba itu bersifat adiktif. Narkoba memicu
munculnya senyawa kimia dopamin di
otak dalam jumlah besar. Jadi, setelah sekali “mencicipi” narkoba, kita ingin memakai
narkoba, lagi dan lagi.
Kecanduan narkoba
akan membawa segudang dampak buruk terhadap kehidupan kita. Narkoba tidak hanya
merusak kesehatan otak dan organ tubuh, tetapi juga kesehatan emosional, sosial,
dan spiritual kita.
Saraf dan
organ tubuh kita rusak. Kemampuan berpikir menurun. Daya konsentrasi dan daya
ingat melemah. Kemampuan mengambil keputusan terganggu. Kita cenderung
impulsif, bertindak tanpa berpikir.
Kita akan
dijauhi dan menjauhi keluarga dan teman-teman baik karena narkoba menyebabkan emosi
kita jadi labil. Kita mudah tersinggung dan marah. Tindakan dan ucapan kita pun
agresif.
Karena
kecanduan, akal sehat kita hilang. Apa pun kita lakukan untuk mendapatkan
narkoba, bahkan dengan cara yang salah, seperti mencuri. Larangan Tuhan agar
kita tidak mencuri tak lagi kita ingat dan pegang.
Dan akibat paling fatal adalah kematian. Ketika
kita terus-menerus menggunakan narkoba, otak berusaha melindungi dirinya dari senyawa
kimia dopamin yang berlebihan dengan cara
melepas pusat transmisi saraf di otak kita. Akibatnya, kita tidak puas dengan
dosis yang semula kita pakai. Dosis kita tambah. Risikonya tentu saja overdosis.
Padahal, di dunia medis sendiri, penggunaan beberapa zat narkotika diatur demikian
ketat agar tidak membahayakan jiwa pasien. Ya, overdosis akan berujung kepada kematian.
Hidup
adalah Anugerah
Jika kita bosan
hidup, tapi belum siap mati, maka kita tidak punya jalan lain selain menjauhi narkoba.
Memakai narkoba berarti bunuh diri secara perlahan.
Menurut orang
bijak dan para konselor, cara kita memandang dan menjalani hiduplah yang harus
diubah saat kita merasa bosan hidup karena masalah yang begitu menekan.
Hidup adalah
anugerah sang Pencipta yang patut kita syukuri. Kita masih diberi kesempatan
untuk menikmati kebersamaan yang indah dengan orang-orang yang kita sayangi.
Kita masih diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat dan minat. Kita masih
punya peluang untuk melakukan hal-hal baru yang positif. Kita masih diberi
kepercayaan untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi kebaikan sesama.
Dunia
memang tak seindah yang digambarkan dalam kebanyakan sinetron atau film. Hidup seringkali
tak adil dan mengecewakan. Namun, selama kita punya impian, kemauan dan usaha
yang disertai senyuman serta rasa syukur kepada Sang Mahakuasa, kita pasti akan
mampu mengatasi semua tantangan hidup. Niscaya, kelak kita menjadi pribadi yang
sukses dan mulia, sehat raga, jiwa, emosional, spiritual, dan sosial.
***
Referensi
Buku:
Wirawan,
Henny. Being Teens: Tanya Jawab Seputar
Dunia Remaja. PT BPK Gunung Mulia. 2015.
Newsletter:
“Silvia
Adinda Wakili Indonesia di Forum Pemuda Antinarkoba di Wina” dalam UIUpdate, Edisi 3, Thn. VI, 2015, 12.
Media
Online:
Duh, jangan sampe karena merasa bosan rtrus bikin atau terjerat yang aneh-aneh. Serem
BalasHapusIya, Mbak. Terlalu banyak yang dipertaruhkan.
Hapusbener mbak
BalasHapusbagi sebagian orang, menggunakan narkoba emang bisa sedikit tenang
tapi itu hanya sementara aja
kalo dosisnya habis ya, dia kembali tersiksa...
*pengalaman orang terdekat
Setelah baca-baca tentang narkoba, baru ngeh kenapa dua anak laki-laki yang tinggal satu jalan denganku meninggal. Dengar desas-desus mereka pakai narkoba. Memang jadi beda banget pemakai narkoba itu.
Hapuspadahal dunia juga indah ya knapa bosan hidup :)
BalasHapusUntuk yang sedang stres, pasti hidup memang gak indah, Mbak :) Tiap manusia pasti merasakan. Tinggal bagaimana kita menghadapi stres itu.
Hapus