Siapapun pasti ingin masuk universitas negeri. Meskipun sekarang biaya masuk dan SPP berlipat-lipat ganda dari biaya dulu kala, tetap saja universitas negeri diminati.
Nah, sepupu saya pengen banget bisa masuk UI. Makanya, waktu dia minta mamanya nemenin ke sana, saya jadi relawan pemandu jalan abal-abal. *nyengir kuda. Abal-abal karena meskipun alumni UI, saya sebetulnya gak paham situasi seantero kampus itu. Pulang kuliah, harus ke tempat les. Kalau enggak, kangen rumah.
Apalagi sekarang, pasti ada banyak perubahan.
Alasan kedua, saya mau nunjukin kepada anak saya tempat saya dulu menuntut ilmu.
Alasan ketiga, jalan-jalan alternatif pengisi liburan sekolah; daripada masuk pusat perbelanjaan atau nonton DVD.
UI, Kami Datang!
Jadilah kami berempat anak beranak pergi ke UI. Rencana awal naik kereta. Berhubung tidak yakin apakah bus kuning (bus mahasiswa) beroperasi pada hari Sabtu, tante saya memutuskan naik taksi saja gara-gara dengar cerita saya kalau UI luas banget.
Udah pada tahu, kan, hobi orang sekarang. Yup, betul sekali: nge-selfie. Apalagi didukung dengan teknologi yang semakin canggih dan praktis. Takjub melihat postingan temannya, "Kita ke danau dulu!" pinta sepupu saya.
Yang saya tahu, danau di ujung. Tapi, sopir taksi membawa kami lewat rute yang dulu tak biasa saya pilih. Ya sudahlah, ngikut aja. Mana di pintu gerbang tidak ada selebaran peta lagi *ya kali aja disediakan. Soalnya, UI memang sering dijadikan tempat wisata akhir pekan.
Rektorat
Sesi foto di sebuah taman membuat kami mendarat di depan gedung tinggi ini. Namanya rektorat.
Foto: Ulina |
Danau
Setelah itu, kami mencari balairung. Pucuk dicinta, ulam tiba. Tak disangka-sangka, kami malah menemukan danau. Sesi potret pun dimulai. Tante saya pasrah aja nungguin. Udah biasa lihat kelakuan anak zaman sekarang.
yeay, akhirnya bisa fotoan di tepi danau / Foto: Dok. pribadi |
Perpustakaan
Eh, ternyata ada perpustakaan di dekat
danau. Pas zaman saya kuliah, belum ada. Wow! Saya geleng-geleng kepala. Bentuk
gedungnya modern banget. Di sampingnya ada cafe Starbucks dan toko buku Times.
Waks, uang saku anak UI sekarang berapa ya???
Perpustakaan UI terbuka juga kok untuk
khalayak umum. Tapi, koleksi buku tidak
boleh dibawa pulang alias dipinjam. Hanya boleh dibaca di tempat atau
difotokopi atau difoto-foto pakai kamera.
Mau masuk ke perpustakaan? Ini
caranya:
1. Registrasi di
bagian Informasi.
2. Membayar biaya
kunjungan.
- Pelajar
Rp2.000/orang/hari,
Rp10.000/orang/7 hari berturut-turut,
Rp40.000/orang/30 hari berturut-
turut
Rp10.000/orang/7 hari berturut-turut,
Rp40.000/orang/30 hari berturut-
turut
- Masyarakat umum
(termasuk alumni
UI) Rp5.000/orang/hari, Rp25.000
orang/7 hari berturut-turut,
Rp100.000/orang/30 hari berturut-
turut.
UI) Rp5.000/orang/hari, Rp25.000
orang/7 hari berturut-turut,
Rp100.000/orang/30 hari berturut-
turut.
Nah, setelah mendaftar dan membayar,
pengunjung harus mengenakan stiker penanda di dada.
stiker penanda untuk pengunjung luar / Foto: Dok. pribadi |
pengunjung bisa naik
elevator atau jalan kaki ke atas
menyusuri lorong / Foto:
Dok. pribadi
|
ruang penyimpanan buku yang modern / Foto: Dok. pribadi |
ruang baca / Foto: Dok. pribadi |
mesin pencarian data buku touch screen / Foto: Dok. pribadi |
Bus Kuning
Matahari semakin tinggi dan sengatnya semakin
terasa. Kami menyudahi kunjungan hari itu.Menjajal keberuntungan, kami mencoba menanti bus kuning. Syukurlah, ternyata masih beroperasi.
Lagi-lagi saya dibuat takjub. Bus kuning dulu, modelnya seperti metromini tanpa tempat duduk. Penumpang semua berdiri. Penyejuknya ya Angin Cepoi-cepoi.
Nah, sekarang, busnya seperti bus pariwisata dilengkapi dengan AC sungguhan. Tempat duduknya memanjang berhadapan. Berbusa berbalutkan bahan beludru.
O, iya, bus kuning bebas biaya, ya. Jadi, bisa Ditumpangi berkali-kali.
Ayo, siapa mau ikut?/ Foto: Dok. pribadi |
Fighting, Sista!
Pengalaman hari itu membuat sepupu saya semakin bersemangat belajar untuk bisa jadi anak UI. Good luck, dear sista. May your dream come true.
Tips ke Kampus UI Depok
1. Kalau naik kendaraan umum, lebih baik naik
kereta. Lebih irit biaya dan tidak kena macet. Depok sekarang juga macet, cet,
cet, lho.
2. Keuntungan
lain naik kereta, turun di stasiun UI, langsung masuk komplek kampus. Persis di
depan stasiun tersedia halte bus kuning.
3. Wara-wiri
kampus bisa naik bus kuning. Yang penting, perhatikan rutenya. Saya enggak sempat nanya, sampai jam berapa bus kuning
beroperasi. Tapi, dari info di internet, kalau Sabtu, hanya sampai siang saja.
4. Usahakan
datang pagi-pagi. Waktu untuk menjelajah lebih lama dan bisa pulang lebih awal
saat hari belum gelap. Di kampus UI Depok masih banyak lokasi yang masih
seperti aslinya. Banyak pohon.
5. Bawa topi
untuk melindungi kepala dari sengatan matahari. Jika bawa anak-anak, bawa kaus
ganti dan perbekalan makanan serta minuman yang cukup agar terhindar dari dehidrasi
dan kelaparan.
6. Last but not least, tadaaa: alat jeprat-jepret untuk
mengabadikan momen berada di kampus UI. It’s
a must.
Saya dan suami sedang melintaskan prasangka dan impian ke anak kami tazkia spy bisa kuliah disana mak, UI. Semoga impian kami tercapai...amiin
BalasHapusAmin, semoga ya.
HapusSelamatbelajar di Kampus impian ya buat sepupunya. Mudah-mudahan anaku juga bisa masuk kesana hehehe masih lama banget tapi
BalasHapusBelum masuk, Mbak. Pengennya. Kunjungan ke sana biar jd penambah motivasi.
HapusJadikan tujuan jalan-jalan aja dulu kalau gak terlalu jauh dijangkau dari rumah.