Sabtu siang, 11 Juni, saya mendapat berita mengejutkan. Suami teman saya meninggal dunia. Teman saya bernama Eva. Nama panggilan suaminya Sudung.
Saya tak begitu
kenal pribadi almarhum Sudung. Kami bertemu saat ia menjemput Eva. Posturnya
tinggi, besar. Pas benar jadi "pelindung" Eva. Ia tak banyak bicara.
Sepintas terkesan serius walau pasti tersenyum saat bertemu dengan kami,
teman-teman Eva. Namun, ada perbuatan almarhum dan istrinya yang berkesan bagi
saya sekeluarga. Perbuatan yang juga menegaskan kebenaran ini: jangan nilai
perawakan orang. Lihat hatinya. Hati yang baik akan membuahkan perbuatan yang
baik.
Sepuluh tahun yang
lalu saya dan keluarga meminta almarhum Sudung memotret kami. Kami ingin punya foto resmi
keluarga. Sudung memang punya talenta memotret dan berkiprah di dunia
fotografi. Ia menerima permintaan kami.
Pada hari yang
disepakati, Sudung dan Eva datang ke rumah kami. Kala itu, ayah saya sedang
sakit keras. Jadi, pemotretan dilakukan di rumah. Backdrop latar belakang
berukuran besar mereka bawa. Ternyata rumah kami tidak cukup besar bagi Sudung
untuk mendapat angle yang memadai. Maka, ia dan Eva mencari jalan keluar. Pemotretan
dipindah ke teras dan berlangsung lancar. Artinya, mereka berusaha memberi yang
terbaik.
Di luar dugaan
kami, Sudung dan Eva tidak bersedia meminta bayaran dari kami. Hasil foto yang
telah diedit sebelumnya, diberikan kepada kami gratis. Mungkin karena mereka
tahu, pemotretan dilakukan dalam suasana duka. Dokter berkata, waktu ayah saya
di dunia tinggal sedikit meskipun waktu itu kami tidak pernah bisa tahu kapan
ayah kami akan meninggal.
Pada akhirnya, salah satu hasil jepretan Sudung menjadi foto profil di acara persemayaman dan pemakaman ayah saya. Sudung berhasil mengabadikan momen ayah saya tersenyum damai dalam penderitaan sakitnya. Peran Eva sebagai pengarah gaya juga sangat berpengaruh. Eva yang ceria dan energik ....
Sabtu malam (11/6),
saya kembali bertemu dengan juru potret yang baik hati itu. Namun, saya hanya
bisa memberi pelukan erat kepada Eva sebagai tanda turut berdukacita sekaligus
terima kasih untuk kenangan indah yang mereka berdua telah patri dalam hati
kami.
Selamat jalan,
Sudung ....
Ya Allah turut berdukacita, Nancy. :(( Semoga Eva dan keluarga kuat. Teman baik ibarat emas. Mereka sangat berharga. Semoga kita selalu didekatkan Allah dengan teman-teman baik itu. Aamiin. Duh, mataku jadi berkaca-kaca membaca kisah ini. :(
BalasHapusIya, Haya. Lama enggak bertemu, eh, dipertemukan dalam kedukaan.
HapusAmin, semoga kita juga bisa jadi teman yang baik bagi orang lain.
dear Nancy.. setelah 9 bulan berlalu, sebuah kenangan manis dari kamu menjadi penghibur hati. terima kasih. begitulah Sudung. hatinya lembut, bak rambo berhati rinto. :) selalu berusaha memberikan yang terbaik, seorang yang dermawan bahkan ketika kekurangan. terima kasih untuk kesempatan memotret keluargamu, kami senang bisa berkenalan dengan kalian, melihat interaksi diantara kalian, mengenal Papa kamu yang luar biasa hati dan pelayanannya walaupun hanya dari cerita-cerita kamu. terima kasih juga bisa menjadi kenangan indah dalam keluargamu. sekali lagi, makasiiih ya Nancy untuk tulisannya, senang sekaliiii bisa jadi kenangan indah juga buat Gaby.:)
BalasHapus