Wabah Covid di Rumah Saja? Let's Read!

Kemarin, genap tiga bulan anak saya di rumah saja sejak PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) diberlakukan di ibukota. Yeay! Pada hari pertama PSBB, anak saya bersorak karena keluar dari rutinitas belajar di sekolah. Kelas virtual jadi “makanan” sehari-hari. Kirim-kirim tugas pakai ponsel jadi biasa.

Sebulan berlalu, masih oke-oke saja. Apalagi menjelang musim ulangan. Waktu dihabiskan untuk mengerjakan latihan soal. Lagi dan lagi. Namun, setelah semua kegiatan wajib sekolah selesai, anak saya mulai bingung mengisi waktu luangnya. Main ular tangga, sudah. Main congklak, sudah. Main kuartet, sudah. Rapikan lemari pakaian, sudah. Ngerjain apa lagi???

Harta di Dalam Lemari
Aha! Ia mendapat ide, yaitu membongkar harta di dalam lemari! Bukaaan, yang saya maksud bukan harta benda dari emas dan perak, melainkan buku. Iya, dong, buku kan dibeli dengan uang. Selain itu, sebagian besar berasal dari masa kanak-kanak saya. Artinya, usia buku-buku itu sudah puluhan tahun. Bahkan banyak yang tidak diterbitkan lagi. Muatan buku-buku itu sudah tentu pun berharga: pengetahuan, hiburan, dan imajinasi.

sebagian harta dari masa kecil/
Foto: dok. pribadi

Menumbuhkan Minat Baca Anak
Semasa saya dan adik-kakak kecil, orangtua rutin membawa kami ke pameran buku. Di sana, masing-masing dari kami diizinkan memilih 1-2 buku yang diinginkan. Tentu saja yang harganya terjangkau.

Selain ke pameran buku, kunjungan ke toko buku juga jadi kegiatan wajib, misalnya ketika berulang tahun atau ketika orangtua saya punya uang lebih. Alhasil, saya punya seri buku cerita favorit sendiri, begitu pula kakak saya. Bahkan, saking suka membaca, waktu masih SD, kakak saya sampai bolos sekolah demi bisa membaca buku dengan cuma-cuma di toko buku!

Dari pengalaman masa kecil kami itu, saya menyimpulkan bahwa minat baca anak harus ditumbuhkan sejak dini. 

Membawa anak secara berkala ke pameran dan toko buku 
Tradisi mengunjungi pameran buku dan toko buku saya turunkan kepada anak. Sejak ia masih batita, toko buku jadi salah satu tempat rekreasi saya
dan anak. Bahkan, kunjungan malam-malam ke sebuah toko buku ternama demi mendapatkan diskon 30%-lah yang membuat ketuban saya pecah keesokan harinya sehingga anak saya harus dilahirkan pada hari itu 😂😂

Meneladankan kegiatan membaca 
Ayah dan ibu saya sama-sama suka membaca. Jadi, membaca buku adalah kegiatan yang lumrah terjadi di rumah kami sejak kami kecil. Kini, setelah saya punya anak, giliran saya memberi teladan membaca.

Di Sini Buku, Di Sana Buku
Seorang pengarang buku asal Indonesia, Arleen Amidjaja, pernah bercerita bahwa di rumahnya, buku-buku bacaan anak-anaknya tidak pernah ia letakkan di tempat yang sulit dijangkau. Sebaliknya, ia sengaja menaruh rak buku mereka di tempat mereka biasa lalu lalang agar anak bisa langsung mengambil buku tiap kali ingin membaca. Jangan terlalu memusingkan kerapian, demikian pesannya kepada para orangtua.  

Saya masuk kategori orangtua yang di tengah-tengah. Ada lemari yang boleh diambil kapan saja isinya, ada pula yang dikunci.

lemari "netral", boleh dibuka
sesukanya/Foto: dok. pribadi

buku-buku yang keluar dari lemari
dan masih dibaca/Foto: dok. pribadi

bebas ambil buku,
tidak ada pintunya
/Foto: dok. pribadi

lemari "keramat" yang dulu sering dikunci
supaya anak tidak mengacak-acak
/Foto: dok. pribadi

Namun, seiring waktu, karena anak saya sudah beranjak besar, saya tidak lagi mengunci lemari "keramat" saya.

Kemudahan mengakses buku membuat anak saya benar-benar mengisi waktunya di rumah saja dengan membaca buku.




Buku Bacaan yang Menarik
Saya dan kakak-adik saya beruntung. Orangtua kami bisa menyediakan buku untuk kami baca. Begitu pula anak saya. Namun, bagaimana dengan anak-anak lain? Jangankan membeli buku, banyak anak yang orangtua mereka masih menghadapi kesulitan memenuhi kebutuhan pangan. Juga masih banyak anak yang tidak punya akses membaca karena ketiadaan perpustakaan di daerah tempat tinggal mereka.

Menurut Sofie Dewayani, seorang satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud, kegiatan membaca juga perlu dibuat menarik. Buku perlu didekatkan dengan pembacanya. Anak-anak masa kini suka teknologi digital. Mereka sangat gemar film animasi  dan permainan digital. Mengapa? Karena warna, desain, dan gambar-gambar yang ditawarkan, sangat menarik

Kedua hal itulah yang menurut saya, jadi alasan utama mengapa Let's Read hadir. Let's Read adalah perpustakaan digital buku cerita bergambar persembahan komunitas literasi, penerbit, dan The Asia Foundation. Tujuan pembuatan Let's Read adalah agar sebanyak mungkin anak  Indonesia dan anak di negara-negara Asia lainnya mendapat kesempatan membaca buku cerita dan memiliki pengalaman membaca menyenangkan. Harapannya, anak-anak Indonesia jadi orang-orang yang suka membaca sampai dewasa nanti.

Aplikasi Let's Read
Selain di laman Let's Read Asia, buku-buku koleksi perpustakaan digital Let's Read bisa kita akses melalui aplikasinya, lho.

tampilan aplikasi Let's Read di playstore/
Foto: 

Kita tinggal unduh. Prosesnya mudah. Dalam hitungan beberapa menit saja, kita akan mendapat akses membaca begitu banyak buku bergambar anak yang imut-imut dan menggemaskan, baik cerita maupun ilustrasinya!

Saya sendiri sangat senang mengetahui adanya aplikasi ini. Saya jadi punya bahan membaca nyaring di kelas sekolah Minggu, cerita-cerita bergambar yang mendukung tema pembelajaran rohani. Dan anak saya juga mendapat buku-buku cerita baru. Horeee!

Ada Apa di Let's Read?
Buku-buku cerita bergambar koleksi Let's Read berasal dari dalam dan luar negeri. Buku-buku lokal yang ditulis pengarang-pengarang Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau bahasa ibu, sedangkan buku-buku terbitan luar diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa nasional kita, bahasa Indonesia.

tiap cerita diberi keterangan pilihan bahasa/
Foto: SS tampilan aplikasi Let's Read di android

Jadi, anak-anak bisa belajar bahasa ibu, nasional, dan international melalui buku cerita. Keren!

cukilan isi "Kala Banjir Datang"
dalam bahasa Indonesia/
Foto: SS tampilan aplikasi Let's Read
 di android

cukilan isi "Kala Banjir Datang"
dalam bahasa Inggris/
Foto: SS tampilan aplikasi Let's Read
 di android

Meskipun belum semua buku diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa ibu di Indonesia, Let's Read sudah mengupayakan beberapa bahasa ibu.

beberapa pilihan bahasa ibu/
Foto: SS tampilan aplikasi Let's Read di android

Tiap buku disertai keterangan target pembaca buku dan tema-tema yang didukung oleh buku tersebut. 

tema buku, target pembaca, dan sinopsis buku/
Foto: SS tampilan aplikasi Let's Read di android

Jadi, bingung mau ngepain aja yang berfaedah, praktis, dan ekonomis di masa covid 19 ini? Let's Read!














Related Posts

1 komentar

  1. Membaca buku jadi kegiatan mengasyikkan selama pandemi ya, apalagi ada aplikasi ini membantu kita menyediakan bahan bacaan untuk anak

    BalasHapus

Posting Komentar